Selasa, 17 Juni 2014

Izanami

Izanami no mikoto adalah salah satu dewa perempuan dalam kepercayaan Shinto yang membuat Pulau Jepang (Yamato) bersama dengan suaminya, yakni Izanagi no mikoto.[1] Izanami (Bahasa Jepang : イザナミ) berarti “Perempuan yang mengundang”.[1][2] Ia dan Izanagi berdiam diri di Pulau Onogoro.[1] [2] [3]Mereka membantu Yin dan Yang menggerakan lautan di Jembatan menuju Surga, dan mereka mengatur segala sesuatu yang ada di dunia.
Izanagi dan Izanami menciptakan Jepang.

Asal Mula

Sebelum adanya Surga dan Bumi, hanya ada sebuah kegelapan.[6] Di tengah-tengah kegelapan, berputarlah masa yang sangat besar berbentuk telur, yang berisi banyak benda.[6] Setelah waktu yang sangat lama, cahaya dan materi murni terlempar keluar dari sekumpulan kabut yang tebal dan berbentuk telur tersebut .[6] Materi yang murni dan berat jatuh ke bumi, ia adalah Yin.[6] Dan bagian cahaya jatuh di surga, ia adalah Yang.[6] Yin dan Yang merupakan kedua sisi yang berlawanan, tetapi keberadaan mereka saling ketergantungan satu sama lain.[6] Yin adalah seorang perempuan dan Yang adalah seorang Laki-laki, dan segala sesuatu di bumi merekalah yang membuatnya.[6] Dari pemisahan ini, maka muncullah mahluk hidup untuk pertama kali, yakni Izanagi dan Izanami. [6]

Pernikahan

Setelah mereka diciptakan, mereka menemukan diri mereka di Jembatan Surga.[6] Dan mereka mendengar suara gemercik air dari tempat mereka berada.[6] Meskipun mereka hanya melihat kegelapan di bawah sana.[6] “Apakah ada sebuah daratan di bawah kita? Tanya mereka satu sama lain.[6] Dan tetasan tersebut merupakan permulaan dari adanya Pulau Onogoro.[6] Pulau Onogoro sendiri berarti Pulau yang diciptakan secara terburu-buru.[6] Lalu mereka berdua turun dan hidup di sana.[6]
Mereka memutuskan untuk menjadi sepasang suami istri dan bersama-sama membuat daratan.[6] Tetapi sebelum mereke menikah mereka harus berjalan secara terpisah dan mengelilingi dunia dari arah yang saling berlawanan.[6] Dan ketika mereka bertemu kembali, barulah mereka dapat menikah. Lalu mereka bertemu di tengah tengah rute perjalanan mereka.[6] Dan izanami berbicara pertama kali ketika mereka bertemu “ Betapa indahnya laki-laki yang ku temui ini! ”.[6] Tetapi Izanagi berkata bahwa harusnya seorang laki-laki lah yang berbicara tentang hal tersebut pertama kali.[6] Lalu mereka membuat kesepakatan dimana mereka harus berjalan kembali hingga mereka bertemu kembali.[6]
Izanami dan Izanagi menghabiskan berhari-hari,berbulan-bulan dan bertahun-tahun untuk dapat saling bertemu.[6] Ketika mereka bertemu, Izanagi langsung berbicara “Betapa indahnya gadis yang kulihat ini! ” Lalu mereka menjadi pasangan yang saling melengkapi satu sama lain.[6]

Kematian

Izanami mati setelah melahirkan Dewa Api yang dikenal dengan nama Hi No Kagutsuchi.[7][3][4] Ia menanggung sebuah akibat yang besar saat melahirkan Dewa Api.[3][4][7] Oleh karena itu ia terbakar oleh nyala api sang dewa hingga mati.[3][4][7] Dari kematian Izanami lahir lah Dewa Bumi dan Dewa Air.[3][4][7] Bahkan karena duka yang sangat mendalam Izanagi menangis .[3][4][7] Dan, dari tangisan dan harapannya ketika ia sedang membasuh muka maka lahirlah dewa-dewa baru. Seperti Amaterasu, sang Dewa Matahari , Susanoo, sang Dewa Angin, dan Tsukuyomi, sang Dewa Bulan.[3][4][7]
Dan Izanami setelah kematiannya ia tinggal di dunia bawah yang disebut dengan Yomi, Pulau kematian.[3][4][7] Tempat dimana orang yang telah mati berada.[3][4][7]

Kehidupan di Pulau Yomi

Izanami memakan makanan kegelapan yang berada di Pulau Yomi, yang menyebabkan dirinya tidak dapat pergi dari Pulau Yomi.[1][3][5] Izanami membuat sebuah kesepakatan dengan Izanagi yang menyusulnya kedunia bawah atau Pulau Yomi.[1][3][5] Izanami meminta Izanagi untuk menunggu dan tidak boleh melihatnya sampai ia selesai .[1][3][5] Sebenarnya, mereka hanya dipisahkan oleh sebuah pembatas yang berupa tirai, tetapi karena mereka telah saling mengikat janji maka Izanagi tak dapat melihat istrinya sepenuhnya (dari kaki hingga kepala) maka mereka hanya dapat berkomunikasi saja.[1][3][5] Ketika Izanami tertidur, Izanagi membuka tirai dan mendapati istrinya dalam keadaan membusuk.[1][3][5] Lalu Izanagi meninggalkan istrinya.[1][3][5]
Izanami terbangun dan menyuruh Yomotsu-Shikomes (iblis yang tinggal di Pulau Yomi) dan Yomotsu-Ikusas (tentara di Pulau Yomi) untuk mengejar Izanagi.[1][3][5] Lalu Izanagi melempar sebuah batu besar untuk menyegel pintu masuk ke Pulau Yomi agar Izanami tidak dapat keluar.[1][3][5] Lalu saat itu juga Izanagi menceraikan Izanami.[1][3][5] Lalu, Izanami berkata dalam tangisnya “Kenapa kau lakukan hal semacam ini kepadaku?”, “ Kau telah menghianatiku!”.[1][3][5] ”Pindahkan batu ini atau aku akan membunuh 1000 orang perhari!!” Ancam Izanami.[1][3][5] Lalu dengan lantang Izanagi berteriak “Setiap seribu orang yang engkau bunuh, maka aka nada 1500 orang yang lahir di tempat ini (dunia).[1][3][5]
Dan, pada akhirnya Izanami menjadi Dewa Tanah Kematian yang dikenal dengan nama Yomutsugami.

Thoth

Thoth

Thoth

Thoth, dalam salah satu perwujudannya sebagai manusia berkepala burung ibis
Dewa Ilmu Pengetahuan dan Tulisan
Pusat pemujaan Hermopolis
Simbol cakram bulan, gulungan papyrus
Orangtua Tidak ada (menciptakan dirinya sendiri); alternatif Ra atau Horus dan Hathor,
Pasangan Seshat, Ma'at, Bastet atau Hathor
Thoth (diucapkan / θoʊθ / atau / toʊt /) adalah salah satu dewa paling penting di peradaban Mesir Kuno. Dalam seni, ia sering digambarkan sebagai orang dengan kepala sebuah ibis atau babon. Mitra femininnya adalah Seshat.[1] Kuil utama untuk Thoth terletak di kota Khmun,[2] yang kemudian diubah namanya menjadi Hermopolis Magna semasa era Greco-Roman[3]. Kuil-kuil lain untuknya juga dibangun di kota Abydos, Hesert, Urit, Per-Ab, Rekhui, Ta-ur, Sep, Hat, Pselket, Talmsis, Antcha-Mutet, Bah, Amen-heri-ab, and Ta-kens.[4]

Set (dewa)

Set (dewa)

Set
Dewa badai, gurun, dan kekacauan
Nama dalam hiroglif
sw W t
x
E20 A40
Pusat pemujaan Ombos
Simbol was tongkat
Orangtua Geb dan Nut
Saudara Osiris, Isis, Nephthys
Pasangan Nephthys, Tawaret (dalam beberapa catatan), Anat, Astarte
Set (juga ditulis Seth, Setesh, Sutekh, Setekh atau Suty) adalah dewa gurun, badai, dan orang asing dalam agama Mesir kuno. Dalam mitos selanjutnya ia juga adalah dewa kegelapan, dan kekacauan. Di Yunani kuno, nama dewa ini disebut Σήθ (Seth). Dalam mitologi Mesir kuno, Set digambarkan sebagai pemberontak perebut kekuasaan yang membunuh dan memotong-motong jenazah Osiris, saudaranya sendiri. Isis, istri Osiris mengumpulkan dan menyatukan jenazah Osiris. Horus, putra Osiris menuntut balas kepada Set, dan pertempuran antara mereka menjadi tema yang populer dalam mitologi Mesir.

Asal mula

Makna nama Set tidak diketahui, melalui pseudo-etimologi diduga bahwa bangsa Mesir kuno mengaitkan tiga makna kepada nama ini: penyebab kebingungan, pelaku desersi, dan pemabuk. Direkonstruksi mungkin aslinya dieja *Sūtaḫ berdasarkan penyebutan namanya di hiroglif Mesir (swtḫ), dan kemudian disebutkan dalam naskah berbahasa koptik sebagai Sēt.[1]

Hewan Set

Dalam Kesenian Mesir kuno, Set digambarkan sebagai hewan yang langsing dan anggun, dijuluki oleh Egyptolog sebagai Hewan Set atau Binatang Topan. Binatang Topan ini memiliki moncong yang melengkung, telinga persegi, ekor seperti garpu, dan tubuh seperti anjing; kadang digambarkan sebagai manusia berkepala hewan Set ini. Hewan ini tidak mirip hewan yang ada; tetapi diduga merupakan hewan mitos paduan aardvark, keledai, jakal, atau serigala. Beberapa ahli Mesir awal menduga bahwa hewan ini merupakan perwujudan jerapah, karena 'tanduk' tumpulnya mirip tanduk osikon jerapah. Akan tetapi orang Mesir juga membedakan antara gambar jerapah dengan hewan set. Pada periode berikutnya set digambarkan sebagai keledai atau manusia berkepala keledai.[2]
Penggambaran paling awal hewan set muncul di gambar pada dinding makam Naqada I dari kurun Pradinasti (3790 SM–3500 SM), meskipun identifikasinya tidak jelas. Gambar hewan set juga muncul di ujung kepala tongkat upacara raja Kalajengking, penguasa Protodinasti. Kepala dan ekornya yang bercabang nampak jelas. [3]

Perseteruan antara Horus dan Set

Dalam mitologi di Heliopolis, Set dilahirkan dari perkawinan antara dewi langit Nut dan dewa bumi Geb. Saudari kembar sekaligus istri Set adalah Nephthys. Nut dan Geb juga melahirkan anak kembar laki-laki dan permpuan lainnya yang menjadi pasangan suci: Osiris dan Isis, yang memiliki putra Horus. Mitos mengenai perseteruan antara Set dan Horus, Osiris, dan Isis muncul dalam banyak sumber di Mesir, termasuk naskah piramida, naskah peti mati, dan batu Shabaka di dinding kuil Horus di Edfu, dan berbagai sumber naskah papirus. Papirus Chester Beatty No. 1 mengandung legenda mengenai persaingan antara Horus dan Set. Penulis sastra klasik juga mencatat legenda ini, terutama De Iside et Osiride karya Plutarch.[4]
Mitologi Mesir umumnya menggambarkan Osiris sebagai raja yang adil dan bijaksana, pembawa peradaban, dan menikmati rumahtangga yang bahagia bersama istrinya, Isis, yang juga adalah saudari kandungnya. Set yang iri hati atas kebahagiaan saudaranya menyusun rencana jahat untuk menggulingkan Osiris. Ia membunuh dan memutilasi jenazah Osiris yang dibuang dan disebarkan di berbagai pelosok dunia yang jauh. Dengan susah payah Isis berkelana dan mengumpulkan potongan jenazah suaminya, menyatukannya, membalsemnya, dan menjadikan Osiris sebagai mumi pertama, suatu contoh bagi tradisi pemakaman Mesir kuno. Osiris kemudian beralih berkuasa di dunia bawah yaitu di alam kematian. Dari persetubuhannya dengan mumi Osiris, Isis mendapatkan anak yang bernama Horus. Tentu saja Horus adalah musuh Set yang menuntut balas atas pembunuhan ayahnya. Horus memerangi Set, dan Egyptolog mereka ulang kembali pertempuran ini dengan menyebutkan Set menusuk mata kiri Horus, sementara Horus membalasnya dengan mengebiri Set. Rujukan mengenai mata dan testis ini mungkin bermakna konotatif, artinya merujuk pada perbuatan jahat Set yang melakukan perundungan seksual atas Horus dengan berusaha memperkosa Horus muda, semetara Horus melindungi dirinya dengan menepis sperma Set, suatu tindakan yang dianggap merebut keperkasaan Set.[5]
Orang Mesir kemudian menafsirkan pertarungan antara Set dan Osiris-Horus merupakan analogi pertarungan antara gurun (dilambangkan dengan Set) dan banjir yang menyuburkan sungai Nil (diwujudkan dengan Osiris atau Horus).

Pelindung Ra

Set digambarkan berdiri di bahtera Ra pada malam hari menombaki Apep yang berwujud ular, kura-kura, dan berbagai hewan air berbahaya lainnya. Pada periode akhir Mesir, misalnya pada masa pendudukan Persia atas Mesir, di kuil Hibis dan oase Khargah, Set digambarkan dalam peran ini dengan berkepala rajawali, meniru wujud Horus. Dalam Amduat Set digambarkan berperan penting dalam menaklukan Apep, dewa kejahatan berwujud ular.

Sobek

Sobek

Sobek
Dewa hasil alam sungai Nil dan Kesuburan, Pelindung Tentara dan Militer
Pusat pemujaan Crocodilopolis, Faiyum, Kom Ombo
Simbol Buaya
Orangtua Set dan Neith
Saudara Anubis
Sobek (juga disebut Sebek, Sochet, Sobk, Sobki, Soknopais), dan dalam mitologi Yunani disebut Suchos (Σοῦχος) adalah perwujudan dewa buaya pejaga sungai Nil dalam mitologi Mesir. Karena buaya adalah hewan yang ditakuti oleh negara yang sangat bergantung kepada Sungai Nil, orang Mesir kuno yang berlayar di sungai Nil berharap bahwa jika mereka berdoa kepada Sobek, maka buaya atau dewa sungai Nil akan melindungi mereka dari ancaman serangan binatang buas termasuk buaya.[1] Dewa Sobek digambarkan sebagai manusia berkepala buaya dan memiliki kekuatan yang hebat dan menakutkan; dalam beberapa mitologi penciptaan Mesir, disebutkan bahwa Sobek adalah dewa yang pertama keluar dari air kekacauan untuk menciptakan dunia.[1] Sebagai salah satu dewa pencipta, ia kadang dikaitkan dengan dewa matahari Ra.[1]

Sekhmet

Sekhmet

Sekhmet

Sekhmet berkepala singa betina dan mengenakan mahkota cakram matahari serta uraeus
Dewi peperangan, wabah penyakit, gurun dan kehancuran
Nama dalam hiroglif
S42 Aa1
t
B1
Pusat pemujaan Memphis, Leontopolis
Simbol Carkam matahari, kain linen merah
Orangtua Ra
Saudara Mungkin Hathor, Bast, Serket, Shu dan Tefnut
Pasangan Ptah
Dalam mitologi Mesir, Sekhmet (juga disebut Sachmet, Sakhet, Sekmet, Sakhmet dan Sekhet; dengan nama Yunani, Sakmis), adalah dewi Mesir Hulu. Dia digambarkan berkepala singa betina. Dikatakan bahwa nafasnya menciptakan gurun pasir. Dia dipercaya sebagai pelindung firaun dan pemimpin pertempuran.
Pemujaannya sangat dominan di Mesir, ketika firaun pertama dari Dinasti kedua belas, Amenemhat I, memindahkan ibukota Mesir ke Itjtawy, pusat pemujaan Sekhmet juga ikut dipindah. Sekhmet juga merupakan dewi matahari, kadang-kadang dianggap sebagai aspek dari dewi Hathor dan Bast. Dia memakai cakram matahari dan Uraeus yang dengan demikian menghubungkannya dengan Wadjet dan kerajaan. Dengan segala asosiasi ini, dia bisa disebut sebagai juru damai dari dewi Ma'at di Ruang Penghakiman Osiris.

Ra (mitologi)

Ra (mitologi)

Ra atau Re

Dalam salah satu dari banyak perwujudannya, Ra digambarkan berkepala rajawali dan mengenakan mahkota cakram matahari
Dewa Matahari
Nama dalam hiroglif
r
a
N5
Z1
C2
Pusat pemujaan Heliopolis
Simbol Cakram Matahari
Orangtua Samudra Nun
Saudara Tidak ada
Pasangan Tidak ada
Ra
dalam hieroglif
r
a
N5
Z1
C2
,
N5
Z1
C2
, atau
C2
Ra (Re atau Amun-Ra) adalah dewa Matahari Mesir Kuno. Ra juga dianggap sebagai dewa tertinggi dalam kebudayaan Mesir Kuno.

Ptah

Ptah

Ptah

Ptah, dalam bentuk mumi, berdiri di atas simbol Ma'at, memegang tongkat yang mencirikan gabungan simbol ankh-djed-was.
Dewa penciptaa, seni, dan kesuburan
Nama dalam hiroglif
p
t
H A40
Pusat pemujaan Memphis
Simbol Pilar djed, banteng
Orangtua tak ada (tercipta sendiri)
Pasangan Bastet / Sekhmet
Ptah (play /pəˈtɑː/;[1] Templat:Lang-egy, kemungkinan diucapkan sebagai Pitaḥ dalam bahasa Mesir kuno[2]) adalah dewa dalam agama Mesir kuno
Ptah adalah pendewaan dari gundukan primordial dalam kosmogoni Ennead, yang secara lebih harfiah disebut Ta-tenen'. Ptah juga disebut Djed Yang Mulia.
Dalam Batu Shabaka disebutkan bahwa Ptah menciptakan dunia dengan cara memimpikannya dalam hatinya, lalu mengucapkannya. Atum diciptakan oleh Ptah untuk mengatur ciptaannya, duduk di atas gundukan primordial.
Dia digambarkan sebagai mumi berjanggut, seringkali mengenakan topi tengkorak, sambil memegang ankh, was, dan djed, simbol kehidupan, kekuasaan, dan kestabilan. Dia juga dianggap mewujudkan diri dalam bentuk banteng Apis, dan kemungkinan pada awalnya dia merupakan dewa kesuburan.
Ptah juga dianggap sebagai dewa para perajin, terutama para para perajin batu. Selain itu, Ptah digabungkan dengan dewa Seker, menghasilkan dewa Ptah-Seker, dan menjadi dewa dunia bawah. Pada Kerajaan Pertengahan, Ptah-Seker digabungkan dengan dewa Osiris dan menghasilkan dewa yang dikenal sebagai Ptah-Seker-Osiris, yang berperan sebagai penguasa dunia bawah.

Osiris

Osiris

Osiris
Dewa Alam Baka
Nama dalam hiroglif
Q1
D4
A40
Pusat pemujaan Abydos
Simbol Kait dan Cambuk
Orangtua Geb dan Nut
Saudara Isis, Set, Nephthys, (dan Arueris sesuai Plutarch)
Pasangan Isis
Osiris ialah dewa maut Mesir Kuno, dalam beberapa literatur mesir kuno, ia disebut juga dengan: Asar, Asari, Aser, Ausar, Ausir, Wesir, Usir, Usire or Ausare. Kerajaannya terdapat di barat, ia menghakimi jiwa manusia menurut pahala yang mereka kumpulkan[1] Secara tradisional ia ditampilkan berkulit hijau dengan mengenakan janggut firaun, sebagian tubuhnya dibalut seperti mumi, mengenakan mahkota yang unik dengan dua bulu burung unta di kedua sisinya, memegang atribut kait dan cambuk.
Osiris adalah putra sulung dewa bumi Geb,[2] dan dewi langit Nut, sekaligus saudara kembar dan suami Isis, sementara Horus dianggap putranya yang didapatkannya setelah ia meninggal.[2] Ia juga dikaitkan dengan epitet Khenti-Amentiu, yang berarti "Orang yang paling Barat" — merujuk kepada perannya sebagai penguasa tanah orang mati yang terletak di sebelah barat.[3] Sebagai penguasa kematian, Osiris kadang disebut "raja orang hidup", karena orang Mesir kuno percaya bahwa orang meninggal yang terberkati disebut "ia yang hidup".[4]
Osiris pertama kali disebut pada masa Dinasti kelima Mesir, meskipun sangat mungkin ia telah dipuja lebih awal;[5] julukan Khenti-Amentiu berasal sedikitnya dari masa dinasti pertama, juga sebagai gelar firaun. Kebanyakan data mengenai mitos Osiris berasal dari Naskah Piramida yang berasal dari kurun akhir dinasti ke-5. Kemudian pada masa kerajaan baru kisahnya disebutkan dalam dokumen Prasasti Shabka dan Persaingan Horus dan Seth, dan pada zaman yang sangat kemudian, kisahnya dikisahkan secara naratif oleh pujangga Yunani, termasuk Plutarch[6] dan Diodorus Siculus.[7]
Osiris bukan hanya hakim yang pengasih dan pengampun di alam baka, tetapi juga sebagai agen alam baka yang memberikan kehidupan di dunia nyata, termasuk tumbuhnya tunas tanaman dan banjir tahunan sungai Nil yang memberikan kesuburan dan kehidupan kepada Mesir. Ia digambarkan sebagai "Tuan yang penuh cinta",[8] " Ia yang senantiasa terlihat muda belia"[9] dan "Tuan yang diam".[10] Para firaun peguasa Mesir mengaitkan Osiris dengan kematian — karena Osiris berhasil bangkit dari kematian, maka mereka pun berharap yang sama, bersatu secara spiritual dengannya, mewarisi kehidupan abadi melalui proses peniruan magis. Pada masa Kerajaan Baru semua orang, bukan hanya firaun, percaya pada saat kematian mereka dapat mengasosiasikan diri dengan Osiris jika mereka mampu melakukan ritual asimilasi; proses pembalseman, mumifikasi, bekal kubur, pemakaman dan lain-lain yang banyak menghabiskan biaya.[11]
Melalui harapan akan terciptanya kehidupan baru setelah kematian, Osiris dikaitkan dengan siklus kehidupan di alam, terutama daur hidup panen tumbuhan dan banjir tahunan sungai Nil, serta dikaitkan dengan rasi Orion dan Sirius pada permulaan pergantian tahun.[9] Osiris secara meluas dipuja sebagai Dewa Kematian hingga berakhir pada masa penindasan atas Agama Mesir Kuno pada era kekuasaan Kristen Koptik di Mesir.[12][13]

Mitologi

Pemujaan Osiris (yang merupakan dewa utama kebangkitan dan kelahiran kembali) sangat terkait dengan konsep keabadian. Plutarch mencatat salah satu versi mitologi yang menyebutkan Set (saudara Osiris), bersama Ratu Etiopia, bersekongkol dengan 72 kakitangan untuk merencanakan pembunuhan terhadap Osiris.[14] Set mengelabui Osiris dengan membujuknya untuk memasuki sebuah peti, yang kemudian ditutup, disegel dengan timah, dan dibuang ke sungai Nil. Istri Osiris, Isus, berkelana mencari suaminya hingga akhirnya menemukan bahwa peti itu tertanam di dalam sebatang kayu yang kayunya dijadikan pilar penyangga di istana Byblos di pesisir Fenisia (kini Lebanon). Ia berhasil mengeluarkan peti itu dan membukanya, akan tetapi Osiris telah meninggal. Dalam versi lain disebutkan Isis menggunakan sihir yang dipelajarinya dari ayahnya (dewa bumi) untuk menghidupkan kembali, kemudian Osiris menghamili Isis dan mengandung Horus dalam rahimnya. Setelah berhubungan dengan Isis, kemudian Osiris mati kembali. Isis menyembunyikan jenazah suaminya di gurun. Berbulan-bulan kemudian Isis melahirkan Horus. Sementara Isis membesarkan Horus, Set yang tengah berburu menemukan jenazah Osiris. Dalam kemarahan Set memotong-motong jenazah Osiris menjadi 14 bagian dan dicerai-beraikan ke seluruh penjuru negeri. Isis kembali berkelana mengumpulkan potongan jenazah suaminya, kecuali penis Osiris yang hilang dimakan ikan lele. Jenazah Osiris kemudian disatukan dan dibalut perban dan dimakamkan dengan sebaik-baiknya. Para dewa yang kagum akan pengabdian Isis membangkitkan Osiris dan menobatkannya sebagai dewa dunia bawah (dewa alam baka). Karena mengalami kematian dan kebangkitan kembali, Osiris dikaitkan dengan banjir tahunan Mesir, serta tanaman pangan di sepanjang lembah sungai Nil.

Nut

Nut

Nut

Nut, dewi langit Shu dewa udara, serta dewata Heh yang berkepala domba, sementara dibawahnya dewa Geb dewa bumi berbaring
Dewi Langit
Nama dalam hiroglif
W24 t
N1
Simbol langit, bintang
Orangtua Shu dan Tefnut
Pasangan Geb
Nut dan Matahari
Dalam Ennead mitologi Mesir, Nut (kadang disebut Nuit, Newet, dan Neuth) adalah dewi langit.[1]
Namanya diterjemahkan berarti 'langit' [2] dan ia dianggap salah satu dewi paling tua dalam pantheon Mesir,[3] yang asal mulanya disebutkan dalam kisah penciptaan semesta yang ditemukan di Heliopolis. Dia aslinya adalah dewi langit malam, akan tetapi kemudian dianggap sebagai dewi langit saja. Mahkotanya adalah gambar hiroglif namanya, berupa gambar pot, yang juga melambangkan rahim. Seringkali digambarkan dalam wujud manusia perempuan, tetapi kadang digambarkan dalam wujud sapi yang tubuhnya yang besar membetuk langit dan surga, digambarkan sebagai pohon ara, atau sebagai babi raksasa yang menyusui banyak anak babi (melambangkan bintang-bintang).
Nut sang dewi langit digambarkan sebagai sapi raksasa
Dewi Nut mengawini dewa bumi Geb; dari perkawinannya ini lahirlah Osiris, Isis, Set, dan Nephthys. Dewa-dewi Mesir yang terkenal dalam legenda-legenda.