Mitologi Hindu adalah suatu istilah yang digunakan oleh para sarjana masa kini kepada kesusastraan Hindu yang luas, yang menjabarkan dan menceritakan tentang kehidupan tokoh-tokoh legendaris, Dewa-Dewi, makhluk supernatural, dan inkarnasi Tuhan
yang dijelaskan dengan panjang lebar dalam aliran filsafat dan ilmu
akhlak. Mitologi Hindu juga menjabarkan kisah-kisah kepahlawanan yang
diklaim sebagai sejarah India masa lampau, seperti Ramayana dan Mahabharata.
Cerita-cerita dalam mitologi Hindu terjalin dalam empat jenjang zaman yang disebut Catur Yuga. Masing-masing Yuga memiliki karakter yang berbeda. Berbagai legenda, kisah tentang Dewa-Dewi dan awatara diyakini terjadi pada zaman yang berbeda-beda pula. Cerita itu dapat disimak dalam kesusastraan Hindu. Kesusastraan mitologi Hindu terjalin oleh etos agama Weda kuno dan kebudayaan Weda, dan cerita-cerita tersebut didasari oleh sistem filsafat Hindu.
Ilustrasi dalam kitab Purana, salah satu sumber mitologi Hindu.
Akar dari segala mitologi Hindu dan cerita-cerita keagamaannya berasal dari kebudayaan Weda, dan merupakan agama kuno yang berkembang pada saat Weda muncul. Weda berjumlah empat, yaitu: Rigweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda. Di samping itu, terdapat bagian-bagian dalam tubuh Weda yang luas, dan merupakan kitab-kitab tersendiri, seperti Jyotisha, Purana, Itihasa, Niti Sastra, Sulwa Sutra, Tantra, Darsana, dan lain-lain. Ajaran yang terkandung dalam bagian tubuh Weda tersebut adalah: filsafat, teologi, astronomi, ilmu tata negara, cerita keagamaan, dan biografi tokoh-tokoh masa lampau. Ajaran tersebut menjadi dasar kepercayaan dan peradaban agama Hindu dan memberikannya beragam mitologi.
Kitab yang memuat cerita keagamaan, seperti Purana dan Itihāsa, sangat terkenal sebagai sumber mitologi Hindu yang utama. Kitab Purana merupakan kitab yang memuat legenda Hindu dan kisah-kisah makhluk supernatural (Dewa, Asura, Detya, Raksasa, Yaksa, dan lain-lain) dalam kaitannya dengan kejadian di alam semesta. Kitab Purana banyak sekali jenisnya. Masing-masing kitab menceritakan tokoh-tokoh Hindu (Raja-Raja kuno, para resi), dewa-dewi, inkarnasi Tuhan (awatara), dan legenda.
Selain Purana, ada kitab yang disebut Itihasa. Itihasa adalah kitab yang memuat tentang kisah kepahlawanan (epos atau wiracarita) dan diyakini memiliki hubungan dengan sejarah India. Kisah kepahlawanan tersebut adalah Ramayana dan Mahabharata. Kisah tersebut dihimpun oleh para Maharesi yang terkenal, yakni Resi Walmiki dan Resi Byasa. Berbagai sudut pandang muncul akan kebenaran kisah yang terjadi dalam Itihasa. Sebagian orang meyakini bahwa kisah dalam Itihāsa merupakan fakta sejarah, sementara yang lain menganggap bahwa cerita tersebut hanyalah karangan, atau suatu cerita kiasan, bahwa kejahatan selalu kalah oleh kebajikan.
Menurut para sarjana masa kini, pada zaman Weda, Dewa-Dewi dalam mitologi Hindu masih dikonsepkan. Pada zaman ini, pemujaan dan mitologi mengenai Dewa-Dewa merupakan pengetahuan akan ilmu ketuhanan. Setelah zaman Weda, disusul oleh kebudayaan zaman Brahmana. Pada zaman ini, ilmu Weda dikembangkan dengan pengetahuan akan upacara keagamaan. Zaman ini ditandai dengan cenderungnya pelaksanaan upacara daripada pengajaran filsafat. Pada zaman ini mulai disusun kitab-kitab yang menceritakan tentang mitologi, legenda, kosmologi, dan sebagainya. Pada zaman Weda umat Hindu memohon anugerah dari para Dewa, sedangkan pada zaman Brahmana para Dewa memiliki kedudukan yang penting terutama dalam sistem upacara.
Zaman Purana merupakan perkembangan dari kebudayaan terdahulu. Zaman
ini merupakan masa-masa ketika mitologi Hindu dihimpun. Pada zaman
tersebut, Dewa-Dewi tersebut memiliki karakter khusus dan dilukiskan
secara detail. Pada zaman ini pula, terjadi kisah epos Ramayana dan Mahabharata, yang dipercaya sebagai kejadian bersejarah. Pada epos Ramayana, dikisahkan bahwa Sri Rama dan bala tentaranya membangun sebuah jembatan dari India menuju Alengka (kini Sri Lanka). Reruntuhan jembatan kuno yang menghubungkan antara India dan Sri Lanka
yang kini terpendam di dasar laut dianggap dan diyakini sebagai bukti
sejarahnya. Bukti arkeologi sangat dibutuhkan untuk meyakinkan apakah
cerita tersebut merupakan bagian dari sejarah atau mitologi belaka.
Pada zaman modern, selama agama Hindu masih memiliki penganut, mitologi Hindu masih eksis dan diceritakan, namun sebagian belum terkenal dan jarang diketahui. Mitologi Hindu mudah beradaptasi dengan budaya lokal tanpa melupakan format aslinya (Weda, Purana, Itihasa). Pada masa penyebaran agama Hindu ke wilayah Asia Tenggara, seperti: Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Nusantara (terutama Semenanjung Malaka, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan lain-lain), beberapa bagian dari mitologi Hindu yang asli dari India telah bercampur dengan budaya lokal dan diadaptasi agar lebih mudah dicerna. Mitologi Hindu tersebut diadaptasikan sesuai dengan kepercayaan lokal (seperti Islam, Animisme dan Dinamisme), dengan menambahkan atau mengurangi format aslinya. Di Indonesia, pada beberapa bagian dari kesusastraan Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata, adaptasi budaya dapat ditoleransi selama tidak mencemarkan atau melupakan versi aslinya. Sebagai catatan, sebagian dari mitologi Hindu yang datang ke Indonesia telah beradaptasi dengan budaya lokal
.
Cerita-cerita dalam mitologi Hindu terjalin dalam empat jenjang zaman yang disebut Catur Yuga. Masing-masing Yuga memiliki karakter yang berbeda. Berbagai legenda, kisah tentang Dewa-Dewi dan awatara diyakini terjadi pada zaman yang berbeda-beda pula. Cerita itu dapat disimak dalam kesusastraan Hindu. Kesusastraan mitologi Hindu terjalin oleh etos agama Weda kuno dan kebudayaan Weda, dan cerita-cerita tersebut didasari oleh sistem filsafat Hindu.
Ilustrasi dalam kitab Purana, salah satu sumber mitologi Hindu.
Akar dari segala mitologi Hindu dan cerita-cerita keagamaannya berasal dari kebudayaan Weda, dan merupakan agama kuno yang berkembang pada saat Weda muncul. Weda berjumlah empat, yaitu: Rigweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda. Di samping itu, terdapat bagian-bagian dalam tubuh Weda yang luas, dan merupakan kitab-kitab tersendiri, seperti Jyotisha, Purana, Itihasa, Niti Sastra, Sulwa Sutra, Tantra, Darsana, dan lain-lain. Ajaran yang terkandung dalam bagian tubuh Weda tersebut adalah: filsafat, teologi, astronomi, ilmu tata negara, cerita keagamaan, dan biografi tokoh-tokoh masa lampau. Ajaran tersebut menjadi dasar kepercayaan dan peradaban agama Hindu dan memberikannya beragam mitologi.
Kitab yang memuat cerita keagamaan, seperti Purana dan Itihāsa, sangat terkenal sebagai sumber mitologi Hindu yang utama. Kitab Purana merupakan kitab yang memuat legenda Hindu dan kisah-kisah makhluk supernatural (Dewa, Asura, Detya, Raksasa, Yaksa, dan lain-lain) dalam kaitannya dengan kejadian di alam semesta. Kitab Purana banyak sekali jenisnya. Masing-masing kitab menceritakan tokoh-tokoh Hindu (Raja-Raja kuno, para resi), dewa-dewi, inkarnasi Tuhan (awatara), dan legenda.
Selain Purana, ada kitab yang disebut Itihasa. Itihasa adalah kitab yang memuat tentang kisah kepahlawanan (epos atau wiracarita) dan diyakini memiliki hubungan dengan sejarah India. Kisah kepahlawanan tersebut adalah Ramayana dan Mahabharata. Kisah tersebut dihimpun oleh para Maharesi yang terkenal, yakni Resi Walmiki dan Resi Byasa. Berbagai sudut pandang muncul akan kebenaran kisah yang terjadi dalam Itihasa. Sebagian orang meyakini bahwa kisah dalam Itihāsa merupakan fakta sejarah, sementara yang lain menganggap bahwa cerita tersebut hanyalah karangan, atau suatu cerita kiasan, bahwa kejahatan selalu kalah oleh kebajikan.
Kemunculan dan perkembangan
Mitologi Hindu umurnya ribuan tahun, setua umur agama Hindu. Tahun kemunculan mitologi ini tidak pasti dan sukar diperkirakan secara tepat. Mitologi ini diyakini muncul bersamaan ketika Weda mulai berkembang di anak benua India. Pada saat itu lagu-lagu pujian pada Rig Weda (Weda pertama) mulai dinyanyikan. Lagu tersebut memuji-muji alam dan unsur-unsurnya, seperti: udara, air, petir, matahari, api, dan sebagainya. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk Dewa-Dewa yang memiliki gelar masing-masing sesuai dengan unsur alam, seperti Bayu, Baruna, Indra, Surya, Agni, dan sebagainya. Dewa-Dewi inilah yang akan menjadi bagian dari mitologi Hindu.Menurut para sarjana masa kini, pada zaman Weda, Dewa-Dewi dalam mitologi Hindu masih dikonsepkan. Pada zaman ini, pemujaan dan mitologi mengenai Dewa-Dewa merupakan pengetahuan akan ilmu ketuhanan. Setelah zaman Weda, disusul oleh kebudayaan zaman Brahmana. Pada zaman ini, ilmu Weda dikembangkan dengan pengetahuan akan upacara keagamaan. Zaman ini ditandai dengan cenderungnya pelaksanaan upacara daripada pengajaran filsafat. Pada zaman ini mulai disusun kitab-kitab yang menceritakan tentang mitologi, legenda, kosmologi, dan sebagainya. Pada zaman Weda umat Hindu memohon anugerah dari para Dewa, sedangkan pada zaman Brahmana para Dewa memiliki kedudukan yang penting terutama dalam sistem upacara.
Pada zaman modern, selama agama Hindu masih memiliki penganut, mitologi Hindu masih eksis dan diceritakan, namun sebagian belum terkenal dan jarang diketahui. Mitologi Hindu mudah beradaptasi dengan budaya lokal tanpa melupakan format aslinya (Weda, Purana, Itihasa). Pada masa penyebaran agama Hindu ke wilayah Asia Tenggara, seperti: Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Nusantara (terutama Semenanjung Malaka, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Bali dan lain-lain), beberapa bagian dari mitologi Hindu yang asli dari India telah bercampur dengan budaya lokal dan diadaptasi agar lebih mudah dicerna. Mitologi Hindu tersebut diadaptasikan sesuai dengan kepercayaan lokal (seperti Islam, Animisme dan Dinamisme), dengan menambahkan atau mengurangi format aslinya. Di Indonesia, pada beberapa bagian dari kesusastraan Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata, adaptasi budaya dapat ditoleransi selama tidak mencemarkan atau melupakan versi aslinya. Sebagai catatan, sebagian dari mitologi Hindu yang datang ke Indonesia telah beradaptasi dengan budaya lokal
.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar