Nila (Ramayana)
तिल | |
---|---|
Lukisan Nila versi pewayangan Bali
|
|
Tokoh dalam mitologi Hindu | |
Nama | Nila |
Ejaan Dewanagari | तिल |
Ejaan IAST | Nīla |
Nama lain | Anila |
Asal | Kerajaan Kiskenda |
Golongan | Wanara |
Selama masa petualangan mencari Sita, Nila berperan penting, terutama dalam pembangunan jembatan Situbanda karena struktur jembatan tersebut dirancang oleh Nila. Dalam pertempuran besar di Alengka, Nila bersama para wanara yang lain bertarung mengalahkan para rakshasa. Saat Nila berhadapan dengan Prahasta yang menggunakan senjata gada besi, pertarungan berlangsung dengan sengit karena keduanya sama-sama sakti. Akhirnya Nila mengangkat sebuah batu yang besar sekali. Batu tersebut kemudian dijatuhkan di atas kepala Prahasta sehingga rakshasa tersebut tewas seketika.
Nila dalam pewayangan Jawa
Saat Hanoman menghadap Batara Guru untuk diakui sebagai putranya, Batara Narada tertawa sambil menyindir Batara Guru. Batara Guru yang merasa disindir kemudian mengambil daun nila (sawo kecik) dan dilempar ke punggung Batara Narada. Daun nila tersebut menjadi seekor kera berbadan pendek dan berbulu biru tua yang menempel di punggung Batara Narada. Saat itu Batara Narada yang sangat benci terhadap kera meminta ampun kepada Batara Guru agar kera tersebut lepas dari punggungnya. Kemudian Batara Guru memberi tahu cara melepaskan kera itu dari punggung Batara Narada, yaitu dengan mengakui kera tersebut menjadi anaknya. Akhirnya Batara Narada mau mengakui kera tersebut sebagai putranya.Semua dewa yang hadir di dalam pertemuan tertawa melihat kejadian tersebut. Batara Narada menuntut kepada Batara Guru untuk memerintahkan semua dewa yang lainnya untuk memuja keranya masing-masing saperti yang telah dilakukan Batara Narada. Setelah tujuh hari kemudian akhirnya lahirlah kera-kera pujaan para dewa itu. Adapun kera-kera tersebut antara lain Kapi Sempati pujaan Batara Indra, Kapi Anggeni pujaan Batara Brahma, Kapi Menda, Kapi Baliwisata, dan Kapi Anala pujaan Batara Yamadipati dan sebagainya yang mencapai ratusan ekor. Kera-kera tersebut lalu dikirim ke raja kera di Gua Kiskenda di bawah pimpinan Anila. Di Kerajaan Gua Kiskenda, Anila diangkat menjadi patih sekaligus ahli seni bersama Kapi Nala dan Kapi Anala.
Kapi Anila menjadi pahlawan setelah berhasil membunuh Patih Prahasta (patihnya Dasamuka) dari Alengka dengan cara mengadu kepalanya dengan tugu batu yang ada di perbatasan negeri Alengka (tugu tersebut adalah pujaan Dewi Indrardi yang terkutuk pada peristiwa Cupu Manik). Selain itu, Anila membebaskan Dewi Indrardi dari kutukannya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar